Begitu miris ketika menyimak berita, baik itu dari televisi, situs portal berita, maupun dari kabar mulut ke mulut orang-orang di sekitar, hampir semuanya membahas tentang kasus pemerkosaan. Memang pemerkosaan bukan hal baru yang pernah saya dengar, dari jaman nenek moyang saya dulu tentunya sudah banyak terjadi kasus-kasus yang serupa, cuma bedanya makin ke sini makin gila saja perlakuan terhadap korbannya.
Banyak sekali yang mengutuk para pelakunya, ada yang meminta dihukum kebiri, hukuman seumur hidup, hukuman mati, bahkan dihukum kebiri seumur hidup sampai mati kalau bisa. Pokoknya mereka berharap para pelakunya mendapat hukuman yang setimpal dengan perbuatan yang telah dilakukan.
Di mata saya sebagai orang awam, hukuman kebiri rasanya masih belum menjadi solusi terbaik. Hukuman kebiri rasanya masih belum setimpal jika dibandingkan dengan apa yang telah korban dapatkan. Iya kalo cuma kehilangan keperawanan, ini nyawa lho yang hilang? NYAWA! (Sengaja saya ulang dengan Caps Lock dan tanda seru untuk mewakili emosi saya). Bisa jadi hukuman kebiri itu hanya akan membuat pelaku menjadi semakin jahat mentalnya, semakin ngeri lagi perbuatannya, ujung-ujungnya kelak malah akan jatuh korban lagi sebagai wujud balas dendam.
Lalu bagaimana dengan hukuman seumur hidup? Apakah sudah menjadi solusi terbaik? Belum tentu juga. Hukuman seumur hidup kedengarannya memang cukup berat. Kehilangan kebebasan serta setiap hari hanya akan menemui hal yang itu-itu saja selama sisa hidupnya di balik terali besi mungkin terdengar teramat berat. Tapi terlepas dari itu semua, nyatanya di balik penjara mereka mendapakan tempat tidur gratis, makanan gratis, udah gitu hidup mereka ditanggung oleh negara pula? Enak banget hidup lo? Hal-hal yang terbilang mahal untuk di dapatkan oleh sebagian orang di luar penjara sana lho. Sekali lagi, apakah masih setimpal jika dibandingkan apa yang korban dapatkan?
Kalo saya pribadi sih setujunya si pelaku dihukum mati saja, tidak usah pusing-pusing mikirin HAM, bukankah HAM hanya berlaku untuk manusia? Sedangkan para pelaku ini sepertinya sudah tidak layak disebut sebagai manusia, mereka itu seperti pohon pisang, punya jantung tapi gak punya hati, apalagi otak?
Bagaimana saya tidak marah, geram, sedih campur aduk setiap kali saya menyimak berita-berita yang mengerikan itu. Padahal saya memang bukan keluarga, bukan teman, bahkan saya sama sekali tidak mengenal mereka, tapi saya seakan ikut merasakan betapa perihnya kejadian itu. Kalo hukum bisa sesuai keinginan hati saya, saya berharap pelaku bisa mendapatkan hukuman yang seberat-beratnya, misalnya dengan cara: pukuli saja dia, siksa saja dia, injak-injak saja dia, atau masukan saja dia dalam karung lalu lempar dari ketinggian dan bunuh saja para pelaku kejahatannya. Hmmhhh ini kok lama-lama malah jadi saya yang berpikir kriminal gini ya? Aduhhh bahaya ini.
Kalo kata bang napi sih "Kejahatan bukan hanya terjadi karena ada niat pelakunya, tapi juga karena adanya kesempatan". Jadi, kalo cuma ada niat pelaku saja dan tidak dibarengi dengan adanya kesempatan yang tercipta maka pastinya kejahatan tidak mungkin akan terjadi bukan? Maka dari itu, mulai sekarang marilah kita bersama-sama hilangkan kesempatan para pelaku kejahatan seksual tersebut mulai dari diri kita sendiri. Cobalah untuk lebih berhati-hatilah dalam berpenampilan, bertutur kata, dan bersosialisasi, sebab dari sanalah kesempatan-kesempatan untuk berbuat jahat itu tercipta.
Dan yang terakhir yang tidak kalah penting, kejahatan itu bisa terjadi di mana saja, kapan saja dan oleh siapa saja tanpa kita duga sebelumnya. Oleh karena itu, lebih ekstra waspadalah terhadap lingkungan di sekitar. Jaga jarak terhadap orang-orang baru dan orang-orang yang mencurigakan itu perlu, biarlah kita dikira berpikiran negatif. Bagi saya pikiran negatif kita terhadap keadaan dan orang-orang di sekitar kita adalah bentuk alami pertahanan manusia? Right?
0 Comments