Seperti waktu yang telah dijanjikan, pukul 07.00
tepat dia akan datang menemui aku. Sementara itu, semakin jarum jam di tanganku
mendekati angka 7, semakin kencang degup jantung yang aku rasakan. Tak sabar
rasanya untuk melihat parasnya setelah sekian lama kita berada di tempat yang
berbeda. Seharusnya hari ini menjadi hari yang indah dalam hidupku. Semoga
saja.
Masih selalu kuingat saat dia bercerita lewat
telepon saat itu, saat senja mulai terlihat, saat langit merah menyala.
Bias merahnya menerpa daun-daun kering yang berserakan di bawah bangku yang
sedang aku duduki. Meski hanya lewat suara, tapi aku bisa merasakan seolah dia
berada tepat di sampingku, menemaniku dengan suguhan senyuman manis yang begitu
khas. Seolah dapat kulihat binar matanya yang bening, sebening telaga yang
telah menenggelamkanku dalam buaian merdu suaranya, semua terlihat jelas di
anganku.
Namun entah kenapa kini terasa tiba-tiba keraguan
menyerangku, seraya muncul ribuan tanya dalam hati.
Apa yang terjadi dengannya? Haruskah kuteruskan hubungan ini? Haruskah kubiarkan
rasa ini untuknya?
Tak seperti awalnya, rasanya ada yang hilang
belakang ini, namun aku berusaha untuk tetap tenang. Mungkin saja
pengaruh kesibukan dengan pekerjaannya sehingga tampak berubah, atau realita hidup
yang tengah dia alami saat ini.
Akhir-akhir ini ada rasa lelah yang dapat
kutangkap dari tatapannya, mungkin sedikit ada sedikit penyesalan karena telah
mengenal aku. Atau, mungkin saja aku bukan lagi orang yang dia inginkan. Aku mungkin tak mempedulikan apa yang telah
terjadi kemarin, tetapi aku menikmati setiap kata katanya.
Aku masih peduli dengan kasih sayangnya tuk
menemani aku... meski lewat suaranya...
Aku masih tetap sayang... aku akan selalu
mengingatnya sampai akhirnya kulupa. Sampai hari yang dia tentukan untuk
menemui aku, meski entah kapan dia akan datang mengunjungi aku yang mungkin aku
telah terbujur kaku oleh peluru peluru keraguannya.
0 Comments